ISTILAH REVOLUSI MENTAL DAN KEUNTUNGAN BESAR BAGI KOMUNISME

DSC_0233.JPGOleh : Sangaji Furqan Jurdi

Direktur Eksekutif Civil Institute

Komunisme adalah “merupakan malapetaka besar bagi eksistensi Republik Indonesia yang sudah 70 Tahun lebih merdeka ini”.  Komunisme memiliki kehendak untuk melakukan revolusi dan dengan revolusi itu mereka akan melakukan pembantaian besar-besaran yang menyebabkan Negara mengalami kekacauan politik yang berkepanjangan. Masih teringat dalam pikiran kita tentang Revolusi Oktober tahun 1917, ketika Lenin berhasil mengambil alih kekuasaan di Rusia. Revolusi Moskow itu telah membuka bencana besar kepada Negara-negara Islam, seperti Kazakstan, Urbekistan, Afganistan, Turki, Idil Ural, Rapublik Checnya, dan banyak lagi Negara-negara yang mengalami kesengsaraan akibat berhasilnya Revolusi Oktober itu.

Mereka telah berhasil menutup masjid-mesjid dan menjadikannya sebagai tempat peliharaan hewan dan penyembelihan hewan. Telah jutaan manusia di Afganistan di bantai dengan kejam atas nama perang. Begitulah yang terjadi dimasa lalu, seakan-akan terulan kembali seperti apa yang terjadi di Suriah. Suriah kini menderita begitu sangat besar akibat kompromi politik antara Syi’ah dan Moskow.

Uni Soviet kini hilang dalam rawa-rawa sejarah, tembok Berlin kini runtuh, Republik Rakyat Cina kini melalui ekspansi secara besar-besaran dengan memanfaatkan celah-celah dari peraturan dan perjanjian Internasional sebagai tameng untuk memasuki wilayah-wilayah Negara. Membanjirnya warga Cina illegal di Indonesia sedikit tidak akan berdampak pada kondisi social-politik Negara Republik Indonesia, dan ini bahaya bagi keutuhan NKRI.

Namun yang perlu disadari bahwa anak-anak komunis belum mati dan belum musnah. Anak-anak komunis malah semakin banyak dengan mendirikan gerakan-gerakan social baik itu skala mahasiswa sampai menyusup ke partai-partai politik, sehingga praktis mereka bermain cantik untuk memperoleh kekuasaan dalam mengendalikan kekuatan guna tujuan yang panjang akan harapan kembalinya komunisme dan kemenangan mereka.

Maka istilah revolusi dipakai sebagai alat untuk memilah antara yang pro-revolusi dan yang anti-revolusi. Itulah “Revolusi Mental” yang sedang digagas ini. Revolusi mental itu sudah pernah digagas oleh Soekarno, dan baru bisa berjalan dengan baik ketika Soekarno memakai kekuasaan tangan besi untuk menindas dan memaksa semua pihak mengikuti keinginannya. Hingga perlawanan dari tokoh-tokoh Islam pada masa itu dibungkam dengan menggirikng isu-isu miring melalui propaganda media, sehingga dengan mudah melalui kekuasaan atas nama keamanan Negara dan persatuan bangsa serta untuk mewujudkan cita-cita Indonesia mereka membunuh lawan politiknya dengan tekanan kekuatan politik, militer dan media yang mereka kendalikan.

Namun Revolusi Mental harus menerima kenyataan setelah lima tahun Masyumi di bubarkan paksa dengan Kepres 200 Tahun 1960, maka komunisme memperlihatkan wataknya sebagaimana wataknya yang doyan melakukan Revolusi pada tahun 1948 yang membunuh ulama-ulama dan tokoh agama namun gagal. Revolusi berdarah itu terulang kembali pada tahun 1965, setelah sekian lama tokoh-tokoh Islam disingkirkan dari panggung politik akibat kesewenang-wenangan Soekarno.

Revolusi Mental itu, bisa dilihat dalam dua buku yang ditebitkan oleh pemerintah pada tahun 1960-an yang diberi judul “Amanat Penderitaan Rakyat” dan Tujuh Bahan Pokok Indoktrinasi”, semua itu adalah hasil kerja D.N. Aidit untuk membuat jalan melakukan revolusi berdarah yang gagal itu. Umat Islam harus sadar akan sejarah itu sehingga kejadian, masa lalu dan penyingkiran Islam dalam politik tanah air tidak terulang kembali.

Hawa-hawa seperti itu kini mulai terlihat dengan sikap dingin pemerintah terhadap keberadaan atribut komunis dan memberikan ultimatum untuk tidak telalu menanggapi atribut itu. Sebaliknya, fatwa-fatwa ulama dibantah dan malah dikatakan sebagai pemecah-belah bangsa, dan kemudian menuduh ulama telah berpolitik dengan fatwa dan lain sebagainnya. Oleh sebab itu ulama terpojokkan dan kekuasaan malah berperan penting dalam konteks ini. Ini yang disebut sebagai kebangkitan komunisme: ketika agama dipersoalkan dan kekacauan politik terjadi dimana-mana, maka dengan mudah pemerintah yang pro komunis membuat peraturan untuk memuluskan jalan mereka.

Revolusi Mental adalah Malapetaka Nasional.

Revolusi mental merupakan malapetaka nasional. Bisa kita uraikan, ketika Rezim ini berkuasa, kegaduhan politik terjadi dimana-mana, dualism di Dewan Perwakilan Rakyat, Jatuh bangun Kabinet, munculnya tenaga-tenaga kerja asing yang jumlahnya jutaan, menjadi sebuah problem pelik yang susah untuk diselesaikan.

Kemudian muncullah kritik yang bertubi-tubi, namun kritik itu dianggap sebagai makar, ini persis terjadi pada masa orde lama. Dimana tokoh-tokoh Islam yang mengkritik pemerintah ditangkap dan dipenjara, sementara sekarang mereka juga memakai legitimasi UU untuk mengkap dan memenjarakan orang, dengan memakai aparat-apat penegak hukum yang dibawah kendalinnya.

Revolusi Mental telah berhasil membuat Indonesia mengalami krisis kohesi social, krisi ekonomi, hutang Negara melonjak naik dan ini berdampak pada rakyat kecil. Sementara kekuasaan sibuk dengan pencitraan. Rakyat makin hari makin gusar, namun kalau mereka melawan maka mereka dituduh sebagai pembuat makar. Ini yang terjadi sekarang ini.

Dengan revolusi mental, maka jalan untuk mengetahui kawan dan lawan dalam politik itu terlihat dengan jelas. Padahal pemerintah harus bekerja untuk mewujudkan keadilan, kesejateraan dan kemajuan bangsa, tapi malah sibuk berkelahi dengan orang-orang yang menginginkan Republik ini menjadi lebih baik.

Hingga akhirnya aktivis-aktivis senior ditangkap hanya karena dugaan makar, dan persoalan uang mobil komando. Tetapi persoalan bangsa yang lebih urgen, tentang narkoba dari Cina, cabai bakteri yang ditanam warga Cina di Bogor, imigran gelap dari Cina, penista agama dari Cina, malah dibela dan dibiarkan begitu saja. Maka tidak menutup kemungkinan bahwa revolusi mental itu adalah malapetaka nasional dan ini bahaya bagi keutuhan bangsa ini.

Sudah saatnya kita menyadari hal ini agar bangsa ini tidak terjebak dalam kehancuran yang disengaja tapi tidak disadari. Sekian.

Wallahualam bis shawab.

Diterbitkan oleh Pemuda Madani

Corong Pemuda Madani: Literasi Narasi Revolusi

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai