MELEPASKAN DIRI DARI SISA-SISA PENJAJAHAN

Furqan Jurdi (Ketua Umum Komunitas Pemuda Madani)

Oleh: Furqan Jurdi*

Bangsa Indonesia masih mempertegang urat leher tentang tafsir akan kata “penjajahan”, perdebatan ini menyangkut penjajahan dari sudut pandang yuridis, politis dan ekonomi. Tapi yang pastinya dalam seluruh tafsiran secara bahasa, bahwa penjajahan itu merupakan bentuk yang tidak terpuji, sebuah kejahatan, walaupun ada kebaikan, kebaikan itu tidak sebanding dengan kejahatan yang mereka lakukan.

Karena hakikatnya penjajah itu meletakkan kemauannya atas kepala bangsa yang dijajahnya dan menekan jiwanya dengan menggunakan kekuatan dan kekuasaan, baik itu secara ekonomi, politik dan hukum, yang dilakukan melalui “kongkalikong” dengan “pengkhianat bangsa” maupun dengan cara paksa seperti yang dilakukan oleh Belanda, Jepang dan Inggris yang ingin menjajah kembali Indonesia. Dalam sekian lama dijajah oleh bangsa asing, bangsa Indonesia telah menjadi bangsa yang hina dan miskin di tengah-tengah bangsa asing lainnya yang kaya-raya, yang hidup dalam kemewahan, kesenangan yang hampir tidak ada batasnya.

Sementara itu bangsa Indonesia masih dalam kondisi yang agak memprihatinkan, kesenjangan ekonomi masih bertahan dalam posisi yang “aman”, kehidupan rakyat masih memprihatinkan, angka kemiskinan masih menjadi beban berat. Namun pekikan kemerdekaan terdengar keras namun muka terlihat masih layu dan semangatnya semakin kendor, kata-kata nasionalisme masih belum jelas arahnya.

Jadi rakyat memerlukan bukti dari pekikan kemerdekaan dan slogan nasionalisme itu. yang mau dilihat oleh rakyat Indonesia ialah kemauan menghapuskan sisa-sisa penjajahan dan sisa-sisa penindasan ekonomi, serta monopoli bangsa asing, supaya bangsa Indonesia memiliki kelapangan, pendeknya adalah ekonomi bangsa Indonesia mesti dinaikkan, kebudayaannya harus dipentingkan, dan keadaan itu barulah dapat dilaksanakan apabila pemerintah yang mengurus kehidupan 250 Juta manusia ini tidak diusik-usik lagi oleh sisa-sisa nafsu penjajahan.

Para pemimpin Indonesia diharapkan dapat menciptakan kemakmuran rakyat dan keadilan social, bukan yang lupa daratan setelah mendapat gaji besar, berfoya-foya dalam kesenangan, yang senyum kiri-kanan sementara rakyat menderita. Pemimpin Indonesia adalah golongan yang bertanggunjawab atas sejarah tanah airnya dikemudian hari. Maka pemimpin itu harus menjuruskan perhatiannya kepada penderitaan rakyat dan bangsanya dikampung-kampung.

Disaat Indonesia telah betul-betul merdeka maka dengan sendirinya segala kondisi social dan ekonomi akan menjadi baik. Yang perlu disadari bahwa masyarakat perlu keamanan untuk pembangunan bangsa, dan pembangunan itu memerlukan banyak tenaga, maka diperlukan persatuan dan kesatuan. Jangan akibat kekurangan tenaga kita mendatangkan tenaga asing, bahkan untuk mencangkulpun kita datangkan dari Tiongkok. Apakah orang Indonesia tidak bisa mencangkul?
Bangsa Indonesia harus “siuman” dari “pingsan” panjangnya yang telah lewat. Penjajahan tidak sekasar belanda di masa lalu, penjajahan tidak sekeras kerja rodi di zaman Jepang. Penjajahan sekarang telah merubah diri dalam bentuk halus, memasuki ruang-ruang dari celah peraturan, memasuki gunung-gunung dan hutan-hutan. Kalau dulu bangsa kita berjuang memasuki gunung-gunung, sekarang penjajah memasuki gunung-gunung kita dan kita terlelap dari semua itu.

Bangsa Indonesia di kenal diluar negeri sebagai bangsa yang kaya raya, didalam tanahnya tersimpan kekayaan banyak, didalam gunung terdapat batu-batu emas, terdapat bahan-bahan yang diperlukan untuk orang-orang diluar negeri, baik untuk keperluan perang maupun keperluan penjajahan kembali, di Indonesia terdapat semua itu. Namun saying orang kurang tahu bahwa Indonesia masih merupakan bangsa yang luntang-lantung meminta pinjaman dari IMF, bangsa Indonesia masih merupakan bangsa yang lemah dari segi politik, social dan kebudayaan.
Melepaskan system penjajahan berarti rasa inferior harus dihilangkan. Kesombongan dan keangkuhan bangsa-bangsa asing harus dibungkamkan, tidak ada lagi penghargaan terhadap keunggulan ras dan warna kulit yang menyebabkan bangsa ini menderita karena penjajahan. Karena hakikat penjajahan itu adalah terror dan ancaman besar bagi kemajuan bangsa. Dan kita harus menang melawan penjajah.

Kemenangan tidak hanya diukur dari sesuatu materi dan peralatan perang yang kita punya, seumpanya ini berkaitan dengan perang. Kalau kita mau jujur, bahwa ketika bangsa Indonesia melawan belanda di masa lalu, kekuatan dan peralatan Indonesia tidak sebanding dengan yang dimiliki oleh belanda. Disini dapat kita lihat bahwa peralatan saja tidak cukup untuk mendatangkan kemenangan dalam perjuangan.

Namun yang harus dimiliki adalah rasa percaya diri akan kekuatan bangsa sendiri, dengan keyakinan spiritual yang tinggi, bahwa kita anti penjajahan dan kita mencintai perdamaian, menjujung tinggi keadilan dan kesamaan dalam hidup dan kehidupan. Ingatlah pancasila dan UUD 1945 sebagai pondasi kita, dan kesatuan dan persatuan bangsa adalah keharusan untuk menghentikan penjajahan yang terjadi.

Manusia merdeka dalam Negara merdeka akan mampu menciptakan sebuah dunia baru yang bisa menjadi arah baru, dan itu harus dicari dalam diri bangsa Indonesia itu sendiri, dari dalam jiwa bangsa Indonesia, yang menjadi teras dari pribadi manusia Indonesia, yang mempunyai gaya hidup sendiri, bukan tiruan, bukan Barat, bukan Timur, bukan pula Selatan dan Utara, melainkan Indonesia itu sendiri. Dalam hal ini jangan menjadi orang kedua apalagi ketiga peniru bangsa lain untuk membangun kepribadian bangsa sendiri.

Kalau Indonesia belum bisa berdikari di bidang ekonomi dan politik maka Indonesia akan menjadi Negara yang berjiwa kerdil dengan postur yang besar. Indonesia akan menjadi bangsa yang akan mampu dipecah-belah, akan jadi bangsa yang mampu didikte oleh bangsa lain. Sudah saatnya bangsa ini merdeka sepenuhnya supaya cita-cita nasional tidak menjadi “duka dan nestapa” nasional.

*Penulis adalah Ketua Umum Komunitas Pemuda Madani

Diterbitkan oleh Pemuda Madani

Corong Pemuda Madani: Literasi Narasi Revolusi

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai