TAUHID SEBAGAI MANHAJ HIDUP (1)

Untitled-2.jpg

Oleh : Sangaji Furqan Jurdi

Aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Agama Islam  agama tauhid, yaitu agama yang mengakui Tuhan itu Esa atau yang disebut sebagai agama monoteisme. Dalam sejarah, agama Yahudi, merupakan agama tauhid, namun dalam perkembangan selanjutnya mengalami perubahan, disebabkan karena kitab-kitab sudah diselewengkan oleh tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab. Sehingga, kalau orang-orang yahudi mengatakan bahwa Uzair itu adalah anak Allah, maka Kristen mengatakan al-Masih itu anak Allah. Jadi agama yahudi mengalami distorsi yang luar biasa dalam tauhid sehingga Uzair dianggap sebagai anak Tuhan. Sementara itu agama Kristiani penuh dengan penjungkirbalikkan Tuhan dengan mengatakan Isa atau al-Masih sebagai anak Allah.

Agama Islam mempunyai keunggulan dalam mengesakan Allah secara utuh dan konsisten, sehingga Islam mengatakan tidak beriman seseorang apabila tidak menegakkan kalimat tauhid ini. Apakah kalimat tauhid itu? yaitu kalimat yang hanya mempercayai Allah sebagai Tuhan yang berhak di sembah tidak ada tuhan selaiNya, dan Muhammad adalah rasul Allah, yang memberikan pengajaran dan menjadi pedoman dari tingkah laku kaum muslimin, al-Quran sebagai cerminan hidup. Semua itu fundamennya adalah kalimat la ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.

Kalimat tauhid ini mengharuskan kita untuk mengatakan tidak terhadap semua fenomena, segala sumber kekuatan, dan segala keyakinan yang non ilahiah. Orang yang bertauhid adalah orang yang berani mengatakan tidak. Tidak ada Tuhan, Tuan, ataupun kekuatan kecuali Allah, la haula wa la quwwata illa billah. Mengingkari sesuatu selain Allah seperti di sebutkan dalam surah al-Baqarah ayat 256: “Barangsiapa yang mengingkari, atau mengkufuri, dan menolak thogut, (semua objek sesembahan) selain Allah, maka dia telah memegang tali yang kukuh”

Seorang yang bertauhid adalah seorang yang betul-betul berani mengatakan tidak terhadap dewa-dewa, ideologi-ideologi thogut, pemimpin-pemimpin yang mengatakan dirinya sebagai Tuhan seperti Fir’aun. Thogut juga bisa berupa mitos-mitos, kepercayaan-kepercayaan yang mistik selain dari ilmu Allah. Thogut dalam zaman moderen bisa diartikan berupa tiran, atau kezaliman penguasa dan lain-lainnya.

Supaya manusia tidak terjebak dengan kesyirikan maka, Allah menetepakan kaidah-kaidah dasar kehidupan yang harus dipahami untuk disadari oleh manusia, agar manusia mengetahui kehendak Allah Swt yang harus dilakukan dengan wajar dan benar melalui tauhid ini. Manusia harus menyadari bahwa kaidah ini bukanlah tekanan, bukan pula pemaksaan, melainkan sebagai pembebas bagi kehendak manusia tanpa harus dipaksakan oleh manusia lainnya.

Allah menetapkan semua kehendaknya itu dengan memberikan kemerdekaan bagi umat manusia, walaupun manusia berbeda keyakinan dan paham, tidak dibenarkan karena perbedaan keyakinan itu membuat mereka bertindak zalim kepada sesamanya—bahkan tidak dibenarkan yang mayoritas menindas yang minoritas. Semua itu berlandaskan pada kalimat la ilaha illallah, wa anna Muhammadur Rasulullah. Mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan dan mengakui Muhammad sebagai utusan Allah yang Maha Kuasa.

Tauhid tidak akan terwujud kecuali dengan dua landasan utama yaitu; mengarahkan semua bentuk ibadah hanya kepada Allah semata; dan tidak ada sekutu baginya (ikhlas) dan ibadah tersebut harus sesuai dengan perintah Allah dan syari’atNya, serta mengikuti petunjuk Rasulullah (ittiba’). Dengan begitu manusia tidak boleh bertindak sesuka hatinya demi untuk membenarkan tindakanya. Maka Allah mengutus Muhammad Saw sebagai pembawa risalah ini, menjelaskan tentang bagaimana menyikapi orang yang berbeda keyakinan dan bagaimana berlaku bijak. Itu semua dapat dilihat dalam kitabullah al-Qur’an yang suci dan perkataan Nabi yang Mulia (al-Hadits)—sebuah ajaran yang paling orisinil yang menjadi landasan utama. Konsep yang demikian itu hanya dapat diaplikasikan pada masyarakat yang Islami (selamat). Dan pintu pembukanya adalah syahadat.

Kalimat syahadat merupakan dasar Tauhid yang paling fundamental dalam membangun pribadi muslim yang utuh dan karakteristik masyarakat Islami yang sesungguhnya. Sebuah masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai ketuhanan sebagai pondasi utama dalam menata dan membangun karakter pribadi dan ummat. La ilaha illallah adalah sebuah ungkapan yang tidak saja di ucapkan dari mulut saja, melainkan harus dilaksanakan dengan segera. Pelaksanaanya ialah dengan mengakui sepenuh hati ajaran dan tuntutan yang telah di sampaikan oleh pesuruh Allah, Muhammadur Rasulullah. Dalam kalimat ini setiap hati yang tunduk dan patuh adalah hati yang mencerminkan kedua kalimat ini; yaitu hati yang bersih dan selamat dari berbagai syahwat yang menyalahi perintah Allah, bersih dan selamat dari berbagai syubhat yang bertentangan dengan berita-Nya. Ia selamat dari melakukan penghambaan kepada selain Allah, selamat dari pemutusan hukum oleh selain Rasul-Nya, bersih mencintai Allah dan berhukum kepada Rasul-Nya, bersih dalam ketakutan dan pengharapan pada-Nya, dalam bertawakkal kepada-Nya, dalam kembali pada-Nya, dalam menghinakan diri dihadapan-Nya, dan mengutamakan mencari ridho-Nya, di segala keadaan dan menjauhi segala kemungkaran dalam bentuk apapun.

Dan hakikat penghambaan manusia, tidak boleh ditunjukkan kecuali hanya kepada Allah semata. Karena semua amal adalah penyubur iman, sedangkan rukun Islam merupakan konsekuensi dari iman—dan inilah yang dimaksud dengan Qalbun Salim. Setiap pernyataan iman yang kita sampaikan melalui rukun iman; iman kepada para malaikat, iman kepada para Nabi, iman kepada kitab-kitab, iman kepada hari kiamat, iman kepada takdir entah itu baik atau buruk merupakan pengejewantahan dari iman kepada Allah Swt.

 

Diterbitkan oleh Pemuda Madani

Corong Pemuda Madani: Literasi Narasi Revolusi

4 tanggapan untuk “TAUHID SEBAGAI MANHAJ HIDUP (1)

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai