
(PREVIEW) : RENUNGAN PERJUANGAN
(Yang Dibacakan Pada Saat Deklarasi Pcimm Makassar Timur)
(Oleh Sangaji Furqan Jurdi)
Segala puji bagimu ya Allah, dengan semua perkataanmu yang benar, ketika engkau berfirman, “Maka ikutilah millat nya Ibrahim yang lurus”, maka siapakah yang lebih benar perkataannya selain Allah? Lalu siapa yang lebih benar perkataannya selain Allah? Segala puji untukMU, seluruh syukur untukmu, serta seluruh urusan kembali kepadamu. Baik yang nampak maupun yang tersembunyi, engkau berhak di puji, engkau berhak disembah, serta engkau berkuasa atas segala sesuatu. Bagimu puji atas segala nikmatmu yang besar dan ketinggianmu yang tampak, dimana engkau turunkan kepada kami kitabmu yang terbaik, engkau utus kepada kami utusan yang mulia, dan engkau syariatkan kepada kami syariat agama yang termulia, dan engkau jadikan kami umat yang terbaik yang diturunkan untuk manusia. Dan engkau tunjuki kami dengan rambu-rambu agama yang tiada samar. Segala puji bagimu atas kemudahan ibadah yang engkau berikan, serta membaca kitab suci yang tiada kebathilan di dalamnya baik yang di depan maupun yang di belakang yang diturunkan dari yang maha bijaksana dan maha terpuji. Segala puji bagi MU atas agama Islam dan segala puji bagi Mu atas al-Qur’an. Segala puji bagimu atas harta, keluarga dan keleluasaan. Engkau tahan musuh kami, engkau luaskan rezeki kami, engkau satukan kami semua dalam satu jamaah Islam yang mulia.
Ya Allah engkau telah mengutus kepada kami utusan yang mulia, yang telah menjelaskan seluruh perintah-Mu baik secara terperinci maupun secara global. Yang Maha Kuasa telah menurunkan kitabNya yang hikmah sebagai penunjuk jalan kepada manusia terbaik sepanjang sejarah—pada suatu malam, yaitu malam kodrat dan kemuliaan—tatkala alam semesta diliputi kedamaian dan semangat surgawi, seakan-akan alam semesta naik menghadap Tuhanya—pada malam itu, al-Kitab dibuka bagi jiwa yang dahaga. Ketika ia mengheningkan cipta di sebuah gua dibukit hira, sebuah batu besar, dibelah oleh celah-celah dan jurang menggangga, menjulang sepi di tengah terik menyilaukan matahari padang pasir, tanpa mata air dan anak sungai. Dalam renungan yang dalam, dalam persatuan yang akrab dengan tuhan semesta alam, jiwa ketuhanan menyelusup dalam segala tubuh. Dalam ketenangan di waktu fajar, dalam lubuk kesepian waktu tidak ada manusia sekitar, suara datang padanya dari langit, mengatakan, “kaulah orang itu, kaulah Rasul Allah”, suara itu datang gemuruh bagai ombak. “berserulah dengan nama tuhanmu”. Jiwa yang penuh melimpah pada saat itu melihat di depan mata visiun-visiun pesuruh surgawi yang dianggap menjadi penghubung antara tuhan dan manusia di bumi.
Sementara di hadapannya terbentang negeri-negeri yang berlumuran darah dan tercabik-cabik perang saudara serta perselisihan antar suku, rakyatnya tenggelam dalam kebodohan, melakukan upacara cabul dan takhyul: mereka buas dan kezam, walaupun masih tersimpan kebajikan mereka sebagai bangsa padang pasir. Setelah dua kali berkunjung ke Siria, telah membukakan matanya terhadap runtuhnya budi pekerti dan kehancuran sosial yang tidak terperikan; agama-agama yang bersaingan dan mazhab-mazhab yang saling menghancurkan, bertengkar di hadapan tubuh tuhan yang katanya disembah, sambil membawa kebencian ke lembah-lembah dan padang pasir Hijaz dan memecah belah seluruh wilayah jazirah. Gambaran terbentang di hadapannya, merupakan keputusasaan yang menyedihkan.
Ketika al-Mudatsir menyentuhnya dimulailah tugas besar yang merampas ketenangan, dan menghidangkan kerja keras yang penuh resiko. Para pemegang mazhab-mazhab jahiliyah menyiapkan perlawanan yang mematikan. Namun api Islam yang membara dengan semangat begitu besar, dengan sentuhan ayat-ayat suci yang mulia—keras seperti ledakan vulkanik, menyertai semangat awal kenabian. Dipanggilnya manusia dengan panggilan dakwah yang jelas. Diajarkannya tentang monoteisme yang utuh.
La ilaha ilallah adalah suatu kalimat yang di perjuangkannya, untuk Membebaskan manusia dari penghambaan terhadap jin-jin, berhala-berhala, penguasa-penguasa, dan berbagai macam ajaran kemuduran dan kemujudan kaum jahiliyah. Dengan la ilaha illallah ini ia hina, ia musuhi bahkan ingin dibunuh. Sampai-sampai di bukit baltah semua murinya disiksa dengan kezam, hingga sampai meninggalkan kampung halamannya yang penuh kenangan. La ilaha illallah menjadi tanggungjawab perjuangannya selama 13 tahun periode Mekkah.
La ilaha illallah telah mempersatukan Muhajirin dan Anshor dalam persaudaraan sejati, membuat lupa suku Auz dan Khazraj atas dendam lama yang membekas. La ilaha illalah telah menyatukan manusia dalam satu persaudaraan semesta dengan la ilaha illallah semua persoalan tidak bisa diselesaikan dengan pedang dan tongkat.
La ilaha illallah telah merampas kekuasaan para penguasa-penguasa oligarki zaman perbegu. Telah menghancurkan riba dan menarik turun kekuasaan kepala suku. La ilaha illallah telah mengkerdilkan dua kekaisaran byzantium kolonial di zaman itu.
Kalimat sederhana ini bukanlah sekedar untaian kata penghias bagi si-MUSLIM. Kalimat ini khasiatnya tidak sebanding dengan langit dan bumi, kesederhanaannya tidak menghilangkan bobot katanya.
©CIVIlISNews
