MEREKA TIDAK AKAN BERHENTI MELAWAN

MEREKA TIDAK AKAN BERHENTI MELAWAN 111
HABIB RIZIEQ SYIHAB, AMIEN RAIS, YUSRIL IHZA MAHENDRA, FAHRI HAMZAH (foto diedit oleh Furqan Jurdi)

(Amien Rais, Yusril Ihza Mahendra, Fahri Hamzah dan Habib Rizieq Syihab)

Oleh : Furqan Jurdi*

Kepada mereka yang telah lahir lebih dulu dari kita, untuk mereka yang telah banyak berjuang untuk republik Indonesia, bagi mereka yang terus berjuang untuk melawan kedzoliman sebuah rezim, ku kirimkan salam hangat dan doa terbaik bagi mereka, baik yang telah mendahului maupun yang masih terus berjuang untuk menegakkan kebenaran meskipun sunyi dari riuh rendahnya tepuk tangan seperti dalam sebuah acara festival.

Mereka memilih jalan untuk melawan, melawan kedzoliman dan keangkuhan, melawan ketidakadilan dan kediktatoran yang mengancam demokrasi. Mereka membuka mulutnya, mengarahkan tenagannya, untuk berjuang membela keadilan dan kebenaran, meskipun mereka harus dicerca dan di caci-maki dan dituduh dengan tuduhan yang tidak mendasar, tapi mereka tetap berjuang.

Mereka memilih jalan sunyi, sunyi dari kemewahan harta dan kekayaan, sunyi dari pangkat dan jabatan, sunyi dari tepuk tangan yang ramai. Mereka memilihnya karena keyakinan dan istiqomahnya dalam berjuang mewujudkan kebenaran yang sungguh-sungguh benar.

Dimasa lalu ada Pangeran Diponegoro, ada tengku Imam Bonjol, ada Cut Nyak Dien, ada sultan-sultan yang melawan kedzoliman kolonial yang merampas segala-galanya. Ada Cokroaminoto, ada Tan Malaka Haji Agus Salim, Soekarno, dan ulama-ulama, baik dari Muhammadiyah Maupun NU, dan ada banyak lagi mereka yang berjuang untuk melawan. Melawan penindasan kaum kolonial.

Setelahnya, zaman kemerdekaan dirasakan, perjuangan panjang telah usai, tapi perjuangan melawan bangsa sendiri masih bellum selesai. Soekarno mengatakan hal itu, dan dia sendiri yang mempraktekkannya. Ketika kediktatoran mulai muncul, Natsir, Syafruddin Prawiranegara, Buya Hamka, Sutan Syahrir, Mohammad Roem, dan tokoh-tokoh besar lainnya melawan kediktatoran demokrasi terpimpin dengan slogan manopil usdek yang nyaring.

Mereka dipenjara tanpa salah , di vonis tanpa putusan pengadilan, dikerangkeng dalam penjara pengkhianatan. Mereka dipenjara akibat tuduhan sepihak karena berseberangan dengan kekuasaan. Mereka melawan, tak tunduk meskipun bayarannya mahal, mereka istiqomah dalan kebenaran yang mereka yakini, meskipun otoritarianisme membungkam mereka tanpa kata-kata, tapi dengan penjara.

Setelahnya sejarah membuktikan bahwa merekalah yang benar dan kekuasaan yang salah. Ya… orde lama adalah kesalahan mengurus negara. Hingga naiknya seorang pimpinan militer yang cakap, ditanganya diharapkan demokrasi bisa terwujud, namun apa yang terjadi, harapan itu sia-sia belaka. Tiga puluh dua tahun berkuasa, kebebasan dibatasi, suara merdeka dibungkam, perlawanan dibantai, darah mengalir sepanjang Tanjung Priok, orang-orang yang kritis hilang tak tahu arah, dan jejak mereka tidak ditemukan hingga hari ini. Mereka adalah para pejuang demokrasi dan kebebasan untuk kebaikan bangsa. Tigah puluh dua tahun berkuasa, seorang akademisi sederhana, yang pulang belajar dari amerika, berbicara tentang suksesi, menyuarakan taubat nasional, dan menghendaki terwujudnya tauhid sosial. Ceramah-ceramahnya dalam majelis ilmu menggetarkan singgasana kekuasaan yang tiran, meruntuhkan rantai besi perbudakan panjang penguasa lalim. Bersama dengan anak-anak muda yang konsisten, ia turun ditengah jalan menantang bedil dan peluru tajam dan timah panas. Namanya Muhammad Amien Rais.

Di dalam kekuasaan ada yang menyumbangkan ide dan gagasannya tentang pentingnya demokrasi menskakmat presiden, membuat tercengang tokoh-tokoh yang hadir bersamannya ketika ketemu pak Harto. Ia Yusril Ihza Mahendra , yang selalu menyokong perjuangan diluar. Ia dikader langsung oleh seorang ulama, cendekiawan dan tokoh intelektual, M. Natsir. Berguru kepada orang-orang yang konsisten seperti Hamka, Oesman Raliby, Sutan Takdir Alisyahbana, Mohammad Roem, dan tokoh-tokoh besar lainnya yang telah didzolimi dalam dua periode kekuasaan. Yusril selama reformasi telah mengambil jalan terjal setelah dituduh korupsi, melawan kesewenang-wenangan hukum yang dilakukan oleh penguasa, melawan penegakkan hukum yang penuh dengan kebusukan, melawan kediktatoran hukum yang dibuat oleh penguasa. Ia sendiri, melawan itu, dengan penuh ketekunan dan konsistensi yang tidak pernah berubah dari mudanya hingga hari ini.

Ada anak muda yang sangat konsisten dan mengambil bagian dalam politik, ia adalah Fahri Hamzah. Seorang intelektual muda, yang selalu berbicara apa adanya, meskipun itu membahayakan dirinya. Dari awal reformasi, hingga hampir dua puluh tahun reformasi, mulutnya “masih besar” suaranya masih lantang, teriakannya masih keras, meskipun empuknya kursi parlemen ia tidak pernah berhenti berjuang. Ia selalu melawan dan berbicara terus dengan keyakinannya, ia tidak pernah mau tunduk meskipun itu harus dilempar dari partainnya. Karena ia tahu kemerdekaan itu mahal dan kejujuran itu kuncinya. Fahri Hamzah Anggota DPR RI tanpa partai tapi diakui oleh negara, wakil ketua DPR tidak diakui oleh partainya tapi di akui oleh Negara.

Ada ulama yang dituduh tukang demontran, selama puluhan tahun ia dicaci maki difitnah dan dituduh dengan tuduhan yang tidak menyakitkan. ketika ia demonstrasi dianggap sebagai tukang demo bayaran, ketika melakukan swepping di bulan Ramadhan di anggap sebagai preman, ketika berbceramah dianggap sebagai penghasut dan pencaci maki. Namun Allah Maha Kuasa, dengan maha kuasannya Allah membuka tabir kebenanaran, setelah sekian lama ia sipojokkan karena sikapnya melawan kedzoliman. Ia adalah Al-Habib Muhammad Rizieq Syihab, yang berjalan dengan ejekan-ejekan, berjuang dalam kebencian orang-orang disekelilingnya. Namun sikapnya yang terus berjuang untuk membela kebenaran terus ia kobarkan, dan sampai Akhirnya Allah mengangkat derajatnya dengan bersatunya umat Islam. lihatlah Aksi Bela Islam 1, 2, dan 3 yang menjadi iconnya adalah ulama yang telah lama babak belur dicaki-maki.

Benarlah kata Yusril Ihza Mahendra bahwa “Kebenaran itu tidak berdasarkan jumlah orang yang mendukungnya”. Kebenaran dalam dunia moderen adalah jalan yang paling sepi dari banyak orang, dan beruntunglah mereka yang terus istiqomah di jalan itu, karena sejarah akan mencatat bahwa mereka adalah pahlawan kebenaran dan keadilan.

Semoga kami bisa mengikuti jejak-jejak mereka, mereka yang terus berjuang dalam kebenaran, berbicara jujur, meskipun tidak ada seorangpun yang mendukungnya, dan selalu siap menerima risiko meskipun harus dibunuh atau diasingkan dari keramaian. Dalam merananya kebenaran, semoga ada generasi yang akan berjuang untuk mewarisi perjuangan tokoh-tokoh masa lalu, kini, dan akan menjadi tokoh pejuang kebenaran di masa depan.

*penulis adalah Presidium Nasional Jaringan Islam Nusantara dan Aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Diterbitkan oleh Pemuda Madani

Corong Pemuda Madani: Literasi Narasi Revolusi

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai