Oleh Furqan Jurdi*
Saya belajar banyak dari Prof Yusril Ihza Mahendra, meskipun saya sama sekali belum bernah berbicara dengan beliau. Melalui tulisan dan ceramahnya di media sosial, saya banyak mengambil hikmah dan pelajaran.
Dari Prof. Yusril saya menemukan Al-Maududi, saya mendalami Natsir, saya menelaah Sjafruddin Prawiranegara, Hamka dll. Darinyalah saya sungguh-sungguh belajar tentang Masyumi dan sejarah perjuangannya.
Apapun yang keluar dari mulut Prof. Yusril tentang tokoh-tokoh dan pemikir Islam, saya langsung mencari bukunya dan mempelajarinya. Hampir seluruhnya buku yang ditulis Oleh Al-Maududi saya pelajari. Semua tulisan Pak Natsir saya koleksi dan pelajari. Semua Tulisan Sjafruddin Prawiranegara saya baca dan dalami.
Prof. Yusril adalah guru ideologi saya. Berkat beliau saya termotivasi untuk belajar hukum dan belajar politik Islam. Saya mengakui itu dengan sejujur-jujurnya.
Ia dijuluki Natsir Muda dan Partai Bulan Bintang adalah reinkarnasi dari Partai Masyumi. Saya sangat tertarik dengan jalan Perjuangan Masyumi. Mereka dicintai ummat dan dibenci oleh Penguasa.
Tahun 1998 setelah Reformasi berjalan tokoh-tokoh Masyumi yang masih hidup menaruh harapan besar kepada sang Professor untuk meneruskan perjuangan mereka. Pak Natsir, Pak Syaf, Pak Oesman, Pak Yunan, Buya Hamka, Pak Roem, menaruh harapan besar kepada anak muda Islam salah satunya Yusril.
Ketika Reformasi telah bergolak ada angin baik bagi kekuatan Islam untuk bersatu kembali dan Keluarga Besar Bulan Bintang mengambil peran penting dari gerakan Reformasi itu.
Amien Rais, A.M. Fatwa, Yusril Ihza Mahendra dan tokoh-tokoh lain memberikan konstribusi besar bagi keberlangsungan kehidupan demokrasi kita. Mereka kebanyakan reformis itu adalah anak didik dari Pak Natsir dan tokoH Masyumi lainnya.
Hingga berdirinya partai Bulan Bintang yang mengambil jalan yang pernah dilewati oleh Masyumi. Menegakkan syariat Islam, menjunjung tinggi hukum dan keadilan serta berjuang mewujudkannya.
PBB pernah masuk parlemen dua kali dan sudah dua dua pemilu puasa tidak masuk di Parlemen. Karena mereka harus berhadaapan dengan kekuasaan dan uang yang tidak berpihak. Idelisme itu menyebabkan mereka tersingkir dari panggung politik.
Mereka diterpa oleh hinaan dan cacian serta fitnah. Karena mengusung Syariat Islam, bagi mereka yang tidak paham, sama dengan mendirikan negara Islam. Padahal tidak! Syariah adalah sumber hukum tempat untuk menggali kaidah hukum dan itu adalah spirit kebangsaan kita.
Namun penghalang itu datang dengan muka ganas. Para musuh-musuh syariah Islam menjelma menjadi monster menghancurkan semangat idealisme terakhir partai politk Islam ini.
KPU telah menjadi kepanjangan tangan dari “monster” ini. Sudah dua kali PBB dikhianati, sudah babak belur PBB diterpa isu miring, ini adalah jalan perjuangan yang memang sulit. Tapi kalau Allah berkehendak maka itu akan menjadi kekuatan untuk menang.
Secara pribadi saya mendukung gerakan perlawanan PBB dan mendukung perjuangan Prof. Yusril dan seluruh kader PBB. Maka dengan ini dengan Bismillah kita hidup untuk mempertahankan agama dan keyakinan, dan kita mati bersama agama dan keyakinan itu.
Sekarang saat kita bicara dan berbuat. Selama ini kita belum berbicara, selama ini kita hanya mengeluh, sekarang kita bicarakan masalah kita dan kita perjuangkan sama-sama.
Ayolah Keluarga Besar Bulan Bintang tetap semangat, tingkatkan semangat jihadnya, sudah cukup sampai disini kita ditindas dan dihalangi. Mari berjuang bersama Prof Yusril dan PBB demi tegaknya syariah Islam untuk kemanusiaan dan keadilan… Allahu Akbar…..!!!
*Penulis adalah Aktivis IMM.

